Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

"DAHULUKAN BELAJAR ILMU FARDU AIN"

  Imam Al-Ghazali mengatakan, Hasil apakah yang akan engkau peroleh karena  telah banyak menghabiskan masa hanya belajar ilmu Kalam (ilmu mempelajari tentang segala sifat Allah dan nama nama-Nya), ilmu al-Khalaf (yaitu ilmu yang mempelajari tentang segala masalah hukum fikih yang rumit-rumit), Ilmu kedokteran, ilmu ad-Dawawin wal as-sy’ar (ilmu tentang segala syair arab), ilmu Nujum (ilmu tentang perbintangan ataupun astronomi), ilmu ‘Arudh (ilmu tentang cara menimbangi peletakkan syair arab) dan ilmu Nahwu dan Sharaf (ilmu tentang kaedah-kaedah bahasa arab atau sastra arab) selain daripada engkau mempersia-siakan umur dengan melnaggar perintah Allah yang Maha Besar. Maksud Imam al-Ghazali disini adalah bahwa rugilah orang yang mempelajari ilmu Matematika, biologi, ilmu tata bahasa arab dan lain sebagainya jika seorang penuntut ilmu itu tidak mempelajari lebih dahulu ilmu fardu a’in. Adapaun ilmu fardu A’in itu adalah Ilmu Tauhid, Ilmu Tasauf dan Ilmu Fikih.

"EMPAT SIFAT SEMPURNA BAGI ORANG SALIK"

Dalam wasiatnya, Imam Al-Ghazali menjelaskan 4 sifat Wajib bagi orang yang salik (yaitu orang yang sedang mencari jalan akhirat). Diantara sifat tersebut menurut imam Al-Ghazali anatara lain : 1. I’tikad (meyakinkan) yang benar yang tidak ada bid’ah didalamnya (maksudnya adalah mengikut Akidah Ahlusunnah Wal Jama’ah). 2. Bertaubat dengan taubat nasuha sehingga ia tidak akan kembali mengerjakan dosa yang pernah dilakukannya. 3. Meminta halal (yaitu minta maaf) daripada semua musuh dan makhluq sehingga engkau tidak akan dipertanyai masalah dihari kiamat nanti.  4. Mempelajari ilmu syari’at (yaitu ilmu fikih dan tasauf) untuk dapat menunaikan segala perintah Allah SWT dan juga mempelajari ilmu akhirat (yaitu ilmu tauhid) yang dapat menjamin keselamatanmu diakhirat nanti.

“HAKEKAT ILMU ITU ADA SETELAH ENGKAU TELAH MENGAMALKANNYA

 Dan ketahuilah bahwasanya sebahagian daripada masalah yang engkau tanyakan kepada aku itu (hakekat ilmu) tidak dapat dijawab dengan tulisan ataupun dengan perkataan.  Tetapi jikalau engkau telah sampai kepada hakekat halnya maka barulah engkau faham (tentang rasa manisnya ilmu), jikalau engaku belum sampai kesana maka engkau belum mengetahuinya, karena masalah-masalah hal tersebut itu adalah masalah “Zauqiyah”, yaitu masalah yang tidak dapat dipahami dengan sebenarnya kecuali setelah dirasai oleh seorang akan hakekatnya (sesuatu).  Maka masalah-masalah yang seperti ini tidak dapat hanya semata disifatkan dengan perkataan tetapi mesti dengan dicoba dan dirasai, seperti manisnya sesutau yang manis dan pahitnya sesuatu yang pahit maka hal yang demikian tidak dapat diketahui kecuali dengan dirasai terlebih dahulu (tidak dapat diungkapkan dengan perkataan ataupun tulisan).