Langsung ke konten utama

Kita Tidak Lebih Baik dari Tumbuhan

             Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling bernilai dari ciptaan tuhanyang lainya. Karna manusia dibekali akal dan pikiran untuk berpikir. Sebagai makhluk ciptaan tuhan yang dibekali akal pikiran, mestinya menjadi pemicu semangat tersendiri dalam diri manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya terlebih bagi orang banyak.

Akal dan pikiran itulah yang seharusnya bisa membuat manusia menjadikan manusia itu sendiri sebagai makhluk yang bernilai. Seharusnya dengan akal dan pikiran, dapat dijadikan sebagai alat utama atau senjata bagi manusia untuk berlomba selalu dekat dengan tuhannya, bersilaturahim padanya, berhadapan dengannya, dan selalu mengingatnya.

Namun, tanpa kita sadari, terkadang kita malah jauh dari tuhan yang telah mengasih akal dan pikiran kepada kita, kita sibuk mengejar kehidupan duniawi, tertipu oleh gemerlapnya dunia dan lupa akan ukrowi. terkadang kita malah melupakan siapa yang telah memberi kehidupan.

Sejatinya tujuan manusia diciptakan adalah hanya untuk beribadah kepada tuhannya (allah) “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-ku”(QS.Adz-Dzariyat:56). Seharusnya jika melihat dari ayat tersebut, kita sebagai manusia harusnya bisa setiap saat, setiap waktu mempunyai hubungan dengan tuhan (allah) tanpa terputus. Namun anehnya, terkadang kita malah lalai akan perintahnya dan kita malah melakukan sesuatu hal yang dilarang olehnya.

Sebenerya, allah itu tidak butuh ibadah kita, namun kita yang butuh akan pertolongan allah. Dengan beribadah, itu artinya sama saja kita patuh kepada sang pencipta, kita mengakui bahwa allah itu segalanya.

Sadar atau tidak sadar, justru kita malah kalah sama makhluk allah yang berupa tumbuhan. Mereka yang setiap saat, setiap waktu, setiap detik bertasbih kepada tuhannya (allah). Bahkan tumbuhan mampu memberi manfaat terhadap orang yang disekelilingnya, melalui oksigen yang dikeluarkan. Subhanallah, sungguh luar biasa.

Semoga kita menjadi hamba yang pandai bersyukur, senantiasa taat menjalankan perintahnya, menjauhi segala bentuk larangannya dan selalu termotivasi untuk melaukan hal yang bermanfaat bagi orang banyak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan Psikologi Dakwah dengan Ilmu-ilmu Lain

Faizah dan Muchsin Effendi dalam bukunya Psikologi Dakwah (2006 ) mereka menyebutkan beberapa contoh hubungan ilmu psikologi dakwah dengan ilmu-ilmu lain, contohnya : 1.    Hubungan psikologi dakwah dengan psikologi agama Islam adalah agama dakwah, agama menyebar luaskan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mempercayainya untuk percaya, menumbuhkan pengetian dan kesadaran agar umat islam mampu menjalani hidup sesuai dengan perintah. Dengan demikian, setiap muslm berkewajiban untuk berdakwah. Dalam melaksanakan tugas dakwah, seorang da’i dihadapkan pada kenyataan bahwa individu-individu yang akan di dakwah memiliki keberagaman dalam berbagai hal seperti fikiran (ide-ide), pengalaman kepribadian dan lain-lain. Dengan kata lain seorang da’i di tuntut menguasai studi Psikologi yang mempelajari tentang kejiwaan manusia sebagai individu maupun anggota masyarakat, baik pada fase perkembangan manusia anak, remaja dewasa dan manula. 2.    Hubungan Psikologi Dakwah Dengan Ilmu Komuni

“HAKEKAT ILMU ITU ADA SETELAH ENGKAU TELAH MENGAMALKANNYA

 Dan ketahuilah bahwasanya sebahagian daripada masalah yang engkau tanyakan kepada aku itu (hakekat ilmu) tidak dapat dijawab dengan tulisan ataupun dengan perkataan.  Tetapi jikalau engkau telah sampai kepada hakekat halnya maka barulah engkau faham (tentang rasa manisnya ilmu), jikalau engaku belum sampai kesana maka engkau belum mengetahuinya, karena masalah-masalah hal tersebut itu adalah masalah “Zauqiyah”, yaitu masalah yang tidak dapat dipahami dengan sebenarnya kecuali setelah dirasai oleh seorang akan hakekatnya (sesuatu).  Maka masalah-masalah yang seperti ini tidak dapat hanya semata disifatkan dengan perkataan tetapi mesti dengan dicoba dan dirasai, seperti manisnya sesutau yang manis dan pahitnya sesuatu yang pahit maka hal yang demikian tidak dapat diketahui kecuali dengan dirasai terlebih dahulu (tidak dapat diungkapkan dengan perkataan ataupun tulisan).

"DAHULUKAN BELAJAR ILMU FARDU AIN"

  Imam Al-Ghazali mengatakan, Hasil apakah yang akan engkau peroleh karena  telah banyak menghabiskan masa hanya belajar ilmu Kalam (ilmu mempelajari tentang segala sifat Allah dan nama nama-Nya), ilmu al-Khalaf (yaitu ilmu yang mempelajari tentang segala masalah hukum fikih yang rumit-rumit), Ilmu kedokteran, ilmu ad-Dawawin wal as-sy’ar (ilmu tentang segala syair arab), ilmu Nujum (ilmu tentang perbintangan ataupun astronomi), ilmu ‘Arudh (ilmu tentang cara menimbangi peletakkan syair arab) dan ilmu Nahwu dan Sharaf (ilmu tentang kaedah-kaedah bahasa arab atau sastra arab) selain daripada engkau mempersia-siakan umur dengan melnaggar perintah Allah yang Maha Besar. Maksud Imam al-Ghazali disini adalah bahwa rugilah orang yang mempelajari ilmu Matematika, biologi, ilmu tata bahasa arab dan lain sebagainya jika seorang penuntut ilmu itu tidak mempelajari lebih dahulu ilmu fardu a’in. Adapaun ilmu fardu A’in itu adalah Ilmu Tauhid, Ilmu Tasauf dan Ilmu Fikih.